Selamat pagi Indonesia, biarkan aku menikmati keindahan bagian dari pertiwi. Sampaikan salamku untuk semua.
Sedikit catatan perjalanan 17-20 April 2014 kemarin dengan destinasi kali ini adalah Gunung Bromo. Setelah sekian lama jalan-jalan naik gunung, akhirnya bisa menikmati keindahan Gunung Bromo. Awalnya saya hanya berpikiran bahwa naik gunung ke Bromo hanya sebuah wisata biasa saja. Toh saya juga tinggal di kawasan Bandung Utara, biasa jalan-jalan ke Tangkuban perahu, menikmati Jayagiri lembang atau kawasan dingin berbagai curug di lembang lainnya.
Namun ternyata Bromo berbeda, terrain pegunungannya memang unik. Memang setiap jengkal bumi Allah itu berbeda dan sangat indah untuk dinikmati. Indonesia memang indah, bangga menjadi bagian dari Indonesia.
Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.
Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Bagi penduduk Bromo, suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak Gunung Bromo. Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Diskusi
Belum ada komentar.