by Dewa 19
Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo…Menatap jalan setapak
Bertanya – tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta
Mendaki gunung tanpa membawa kamera?? Seperti makan dengan sayur tanpa garam :D, kenangan dimemory kepala kita mungkin suatu saat hilang secara perlahan seiring dengan waktu. Namun jika ada foto, maka kita akan selalu mengenangnya setiap bagian perjalanan yang dilakukan.
Bagi saya memotret ketika mendaki akan memberikan motivasi tersendiri ketika kita melihat foto-foto kita di kemudian hari. Bukan untuk menjadikan kita sombong dan ujub. Tapi lebih kearah memotivasi, bahwa kita bisa melangkahkan kaki kecil ini menginjakan bagian kecil dari Bumi Allah ini yang disebut sebagai puncak Gunung.
“Tangkap keindahanNya dengan kamera, jangan ambil apapun dan cukup tinggalkan jejak”
Lihat pada edisi sebelumnya waktu ke burangrang disini atau edisi foto nya semeru disini dan Download majalah fotonya disini.
Kembali ke topik utama tentang bagaimana ‘menyiapkan kamera untuk pendakian’. Apa yang menjadi dasar bahwa kita harus mempunyai perencanaan untuk menyiapkan kamera sebelum mendaki. Berikut ini saya tuliskan beberapa alasannya:
Catatan foto saya tentang Trip ke Gunung Bromo Jawa Timur bersama teman-teman dari Trip to Hidden Paradise. Silahkan Download disini Bromo TTHP eD
5 tanda (MTGW – Who Am I? – MetroTV) bahwa kita disiapkan bagi peran membesarkan kehidupan, adalah:
1. Memiliki mimpi-mimpi yang besar.
2. Menyukai sesuatu secara ekstrim.
3. Memiliki kecenderungan untuk mengkritik.
4. Memprotes perlakuan orang lain yang tidak menghormati kita.
5. Tersiksa antara impian yang besar dan kenyataan hidup yang lamban.
Mario Teguh – Loving you all as always
Ketika hidup harus memilih….
bertahan atau menjadi yang tersingkirkan….
menjadi juara atau bertekuk lutut kalah….
Hidup harus di jalani….tanpa kompromi…
sebagaimana ketika kita di ciptakan…..tanpa kopromi dan tawar menawar denganNya….
Hidup harus di jalani….bagaimanapun bentuknya dia…
suka…senang….sedih…gembira…bahagia….adalah cermin-cermin yang menghiasinya….
ketika hidup berjalan….tak ada pilihan untuk berhenti….berhenti berarti mati…